Sebenarnya,
 kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan Allah ada pada setiap karakter
 manusia, merupakan syarat penciptaan. Akan tetapi, di lain hal berdo’a 
merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan bagi orang beriman, 
namun untuk beberapa orang hal itu merupakan bentuk tindakan penyembahan
 yang hanya perlu diingat di waktu mereka berhadapan dengan kesulitan 
atau situasi yang membahayakan kehidupan mereka. Hal ini merupakan 
kesalahan besar karena yang paling baik adalah memohon kepada Allah Yang
 Maha Besar pada kedua kondisi tersebut, baik dalam kesulitan dan 
kemudahan untuk memohon ampunan-Nya.
 Bersungguh-sungguh dalam Berdo’a.
 Allah
 telah mempermudah hambanya untuk menemukan apapun yang ia lihat sebagai
 hal yang baik dan indah. Akan tetapi, fokus dalam berdo’a yang 
dilakukannya adalah sepenting do’a itu sendiri. Berdo’a dengan kesabaran
 seperti suatu kebutuhan dan harapan untuk berdoa, ketidaknyamanan akan 
hal tersebut dan yang paling penting dalam berdoa; bahwa kedekatan 
kepada Allah semakin meningkat. Semakin bersungguh-sungguh dalam berdoa 
membuat hamba yang berdo’a tersebut memiliki karakter dan keinginan yang
 semakin kuat. Orang beriman yang menunjukkan kesungguhan dalam berdoa 
mendapatkan banyak keuntungan seperti keyakinan yang semakin dalam, ini 
jauh lebih bernilai dibandingkan dengan apa yang ia inginkan/ minta. Hal
 ini tertulis dalam Al-Qur’an bahwa diperlukan kesungguhan dalam do’a 
seperti:
  “
 Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang 
demikian itu sungguh  berat, kecuali bagi orang –orang yang khusyu “ (Surat Al-Baqarah:45).
 Rasulullah
 (SAW) telah menyatakan betapa Ia membutuhkan Allah terkadang dengan 
terus berdo’a bertahun-tahun dan Tuhan kita, Allah Yang Maha Pengasih, 
 telah memberikan apa yang ia inginkan pada di saat yang terbaik. Fakta 
bahwa Allah menerima semua do’a, baik itu yang terang-terangan maupun 
yang tersembunyi, merupakan bentuk ke-agungan-Nya dan Kerahiman-Nya. 
Allah tidak pernah meninggalkan sebersit apapun pemikiran yang terlintas
 di kepala hamba-Nya tanpa kembali lagi kepadanya, Akan tetapi “ 
menerima do’a” tidak berarti sesuatu terjadi seperti yang diminta karena
 terkadang seseorang mungkin saja meminta sesuatu yang membahayakan 
dirinya sendiri. Allah SWT mengungkapkan hal tersebut sebagai berikut:
 “Dan manusia mendo’a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo’a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”
(Surat Al-Isra:11).
(Surat Al-Isra:11).
 Allah
 mengetahui yang terbaik dan apa yang terburuk untuk orang tersebut 
karena Ia lah yang memiliki segalanya. Atas segala ciptaan-Nya, ada 
banyak sekali hal-hal yang tersembunyi dalam cara Ia menerima do’a. 
Sebagai contoh, Nabi Yakub (as) bergabung kembali dengan anaknya nabi 
Yusuf (as) setelah menunggu dalam waktu tahunan yang panjang, Nabi Yusuf
 mendapatkan kekuatan dan kekuasaan setelah dipenjara selama beberapa 
waktu. Nabi Ayub (as), diselamatkan dari syetan, semua ini terjadi 
setelah mendapat kesabaran dan do’a yang berkelanjutan. Allah Yang Maha 
Besar, telah menerima do’a dari kepatuhan yang tulus dari waktu 
terbaik-Nya. Allah  SWT, telah menerima do’a hamba yang tulus untuk 
waktu terbaiknya, dan telah membuat mereka matang, mendidik, 
meningkatkan kesetiaan dan ketulusan dan mengubah mereka menjadi hamba 
yang bernilai dan memiliki derajat yang tinggi di surga.
 Bagaimana Allah menerima do’a
 Ketika
 orang  beriman berdoa,  ia tahu bahwa Allah mendengarnya dan akan 
selalu menerima do’anya kapan pun. Ini karena ia menyadari bahwa sesuatu
 tidak terjadi secara kebetulan, tapi berdasarkan atas ketentuan yang 
ditentukan oleh Allah dan sebagaimana yang diinginkan-Nya. Untuk itu, ia
 tak memiliki keraguan bahwa ia tidak akan mendapatkan kembali do’anya. 
Berdo’a dengan jiwa yang tulus menghasilkan kebaikan. Dalam satu ayat, 
hal itu diperlihatkan bahwa Tuhan kami akan selalu menerima do’a sebagai
 manifestasi dari nama “Al-Mujib” (Ia yang menerima permintaan dari 
mereka yang meminta pada-Nya).
 “
 Dan apabila  hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku. Maka 
(jawablah) bahwasannya  Aku adalah  dekat. Aku mengabulkan permohonan 
orang yangberdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka 
itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman 
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran..” (Surat al-Baqarah, 186).
 Alasan
 bahwa sesuatu yang diminta dalam do’a ditunda, atau diterima dengan 
cara yang berbeda, dapat juga merupakan ujian Tuhan kepada hamba-Nya. 
Allah memberikan berkah-Nya setelah beberapa periode untuk  kemudian 
diuji kesabaran hamba-Nya dan untuk membuat mereka matang dengan alasan 
tertentu.
 Berdasarkan
 alasan serupa, ia tak dapat diduga bahwa setiap do’a terwujud seperti 
saat ia diminta dan sesegera mungkin. Seperti apa yang diutarakan oleh 
cendikiawan Islam Bediuzzaman, Allah mungkin memberikan sedikit dari 
sesuatu yang diminta dalam do’a atau sesuatu yang lebih dari yang 
dihadiahkan karena alasan tersebut yang disebut di atas. Ia mungkin 
tidak mengabulkannya sama sekali. Akan tetapi, pada setiap kondisi, 
Allah menerima do’a dari mereka yang berdo’a kepada-Nya.
 Berdo’a
 merupakan bentuk kepatuhan kepada Allah dan semua orang membutuhkan 
do’a. Hal yang merupakan contoh paling rasional dalam hal ini adalah 
bahwa semua Nabi yang berdo’a kepada Allah dengan menyerahkan diri 
kepada-Nya dalam segala hal yang terdapat di Al-Qur;an. Dalam do’a nabi 
Muhammda SAW, dan para nabi-nabi, kita melihat penyerahan diri mereka 
kepada Allah, fakta bahwa mereka melihat Allah, dan sebagai teman sejati
 mereka serta pihak yang membantu mereka dan bahwa mereka dan berdo’a 
memuja Tuhan kita dengan nama-Nya yang indah.
 Do’a dari Nabi Muhammad (SAW)
 Dalam
 do’a dari Nabi Muhammad SAW, hal yang terindah dari mengutip Allah 
dengan nama-Nya disebutkan. Salah satu do’a dari nabi kita (SAW) 
disebutkan sebagai berikut:
 Katakanlah
 “ Wahai Tuhan Yang Maha mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan 
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang 
yang Engkau kehendaki. Egkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan 
Engkau hinakan otang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala 
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Surah Al ‘Imran, 26).
 Dalam narasinya, terlihat bahwa nabi Muhammd (SAW) berdo’a kepada Tuhan untuk diberikan moral yang baik dan perilaku yang baik.
 O
 Allah! perteballah kebaikan dan etika! Wahai Yang Maha Agung! 
Pindahkanlah moral yang buruk (Tirmidhi, Imam Ahmad dan Haqim; Hujjat 
al-Islam Imam Gadhali, Ihyau Ulum id-din, volume 2, Terjemahan : Dr. 
Sitki Gulle, Huzur Publishing, Istanbul 1998, p.789)
 Do’a dari nabi Nuh (as), 
 Kesabaran
 dari nabi Nuh (as) yang menyerukan umatnya kepada agama yang baik 
selama beberapa tahun dengan kesungguhan, dipuji dalam Al-Qur’an. Nabi 
Nuh (as) berjuang melawan umatnya yang bertindak dengan memusuhinya  dan
 orang-orang  beriman yang bersamanya. Faktanya adalah nabi Nuh kembali 
kepada Allah WT dalam berbagai situasi, dan  berdo’a dengan mengharapkan
 bantuan-Nya secara tulus merupakan contoh yang baik bagi orang beriman.
 Dalam satu ayat, terlihat bahwa Allah mengetahui kondisi dari Nabi nuh 
(as), bahwa ia berdo’a sebagai berikut:
 “Maka ia Mengadu kepada Tuhannya: “bahwasannya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah (aku)”
(Q.S Al-Qamar : 10).
(Q.S Al-Qamar : 10).
 Allah
 menerima do’a nabi Nuh (as) dan memerintahkannya agar bersiap-siap 
menghadapi banjir, yang akan terjadi di masa depan. Nabi Nuh (as) mulai 
membangun kapal yang sangat besar atas perintah Allah, meskipun tidak 
ada laut ataupun danau di sekitarnya. Dalam masa pembangunan kapal 
tersebut, ia secara terus-menerus menjadi pihak yang dicemooh oleh  
umatnya. Pada saat tiba waktunya, janji Allah SWT terwujud dan banjir 
tersebut terjadi.
 Do’a dari nabi Yunus (as):
 Dalam
 Al-Qur’an, disebutkan bahwa Nabi yang mulia ini memisahkan diri dari 
umatnya, karena mereka tak merespon seruannya (Surat As-Safaat: 
139-142). Seperti yang tertulis pada ayat berikut ini, terdapat gambar 
di kapal tersebut di mana nabi Yunus (as) berkelana dan akibat dari 
gambar tersebut nabi Yunus (as) dilemparkan ke laut. Puncak dari 
kejadian tersebut, nabi Yunus (as) berserah diri kepada Allah dan 
berdo’a kepada-Nya. Allah mencatat peristiwa ini dalam Al-Qur’an :
 Dan
 ingatlah kisah Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, 
lalu  ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya 
(menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: 
“Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak di sembah ) selain Engkau. Maha Suci
 Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”. Maka 
Kami telah memperkenankan do’anya dan menyelamatkannya dari pada 
kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. ”(Surat al-Anbiya’,ayat: 87–88).
 Seperti
 yang tertulis pada ayat Nabi Yunus (as) bersaksi/ mengaku kondisinya 
secara tulus dalam do’anya. Ia berdo’a kepada Allah dan menantikan 
bantuan-Nya. Tuhan kita, yang Maha Pengampun, menerima penebusan dan 
menyelamatkannya dari perut ikan dengan menerima do’anya.
 Do’a Nabi Yakub (as)
 Dalam
 Al-Qur’an, kesabaran nabi Yakub (as) disebutkan sebagai salah satu 
contoh bagi orang beriman. Nabi Yakub (as) yang menerima wahu dari Allah
 dan merupakan hamba terpilih (Q.S An-Nisa :163), merasakan permasalahan
 yang serius  dan melewati masa sulit. Akan tetapi, meskipun segala 
penderitaan yang dialaminya, Ia selalu menjadikan hal tersebut sebagai 
contoh bagi orang beriman dengan kesabaran dan penyerahan diri kepada 
Allah (Q.S Sad, 44). Do’a yang tulus dari nabi suci kita tersebut 
dinyatakan dalam salah satu ayatnya sebagai berikut:
 dan
 (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru kepada Tuhannya: (Ya Tuhanku),
 sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang 
Maha Penyayang di antara semua penyayang ”(Surat al-Anbiya’, 83)
 Hal
 ini tercatat dalam Al-Qur’an bahwa Allah Yang Maha Besar menerima semua
 do’a dari Nabi Yakub (as) sebagai salah satu hambanya yang tulus”
 Maka
 Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang
 ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat 
gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan utuk 
menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (Surat al-Anbiya’, 84)
 Do’a,
 merupakan alat terpenting dalam mencapai ke agungan Allah, Yang Maha 
Mengetahui dan Maha Mendengar, yang lebih dekat dari urat nadi manusia (
 Surah Qaf, ayat 16), merupakan bentuk penghambaan bagi orang beriman di
 segala kondisi dan kesempatan. Akan tetapi, setiap orang beriman 
melakukan ini, seperti yang ditulis dalam ayat :  Dan kamu tidak mampu kecuali bila dikehendaki Allah…”(Surat
 al-Insan, 30). Mereka berperilaku dalam kesadaran bahwa faktanya segala
 sesuatu selalu di bawah kontrol Tuhan kita dan semuanya terwujud karena
 kehendak-Nya.
 Akan selalu ada jawaban dari do’a yang tulus di dunia dan di akhrat.
 Do’a membimbing seseorang atas apa yang akan terjadi dalam nasibnya” Allah
 adalah satu-satunya yang menentukan nasib dan menciptakan do’a. Akan 
tetapi berkah yang datang dari do’a mengandung kemakmuran di dunia ini 
dan sekembalinya ke akhirat. Seluruh kehidupan sesorang merupakan hasil 
dari do’a yang diucapkan dari do’a yang sebelumnya diminta, apakah ia 
merasa sadar atau tidak. Do’a aktif  berupa tindakan dan usaha yang 
diajukan dari doa dan kehendak Allah. Ketika usaha tersebut ridha Allah 
hal tersebut masih menjadi cara  bagi tiap pribadi untuk meraih 
harapannya, sesuai dengan ridha Allah.
 Manusia
 yang tidak beriman namun membawa  do’a aktif mereka dengan ambisi yang 
besar, sebagai contoh, mereka yang bekerja dan mendapatkan banyak 
keuntungan, menjadi kaya atau menjadi pakar tentang sesuatu hal dan 
menjadi terkenal, telah mencapai derajat tersebut melalui perjuangan 
aktif mereka dengan berpedoman pada akibat, dan lagi lagi kehendak 
Allah. Akan tetapi, do’a yang aktif yang tidak digunakan untuk ridha 
Allah tak akan memberikan keuntungan terhadap orang tersebut di akhirat 
meskipun orang tersebut mencapai tujuan tujuannya dari waktu ke  waktu 
di dunia ini.
 Dengan ayat yang tertulis dalam Al-Qur’an:
 ”Hai Nabi! cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang orang mu’min yang mengikutimu,  (Q.S Al-Anfaal, 64)
 Allah
 merupakan yang paling sempurna, Pemilik kekal Kekuasaan. Semua kekuatan
 di dunia ini ada di tangan_nya. Jadi permohonan bantuan dan permohonan 
maaf harusnya ditujukan hanya kepada Allah, di mana semua orang butuh 
dan Allah tidak memerlukan sesuatu pun. Dalam Al-Qur’an disebutkan 
bahwasannya salah apabila berdo’a selain kepada Allah dan Allah 
merupakan satu-satunya pemilik do’a :
 Maka
 jangalah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain di samping Allah, 
yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang di’azab (Surat  ash-Syu‘araa’, 213)
 Kesimpulan
 Do’a
 merupakan contoh dari kemurahan Allah dan kasih sayang-Nya terhadap 
hamba-Nya, Orang-orang beriman dapat berdo’a kepada Allah setiap saat 
dan di setiap kondisi apapun dan mereka merasa damai karena Allah akan 
menerima do’a-do’a mereka di saat yang tepat. Dalam hal ini, mereka 
dapat menceritakan rahasia terpendam mereka dan keinginan terdalam 
mereka kepada Allah, dan hidup dalam kebaikan, kesejahteraan dan 
keindahan yang datang dari pemahaman bahwa Allah-lah satu-satunya teman,
 petunjuk dan yang akan membantu mereka.
 Kita
 dapat melihat bahwa rahasia terbesar dalam Allah mewujudkan do’a dalam 
kehidupan para Nabi seperti yang telah dikisahkan dalam beberapa contoh.
 Terdapat hubungan dalam berdo’a dan menjalankan perintah Allah. Usaha 
nyata yang ditunjukkan untuk ridha Allah, belas kasihan dan surga-Nya 
merupakan bentuk  pengambaan sepenting seperti berdo’a. Allah 
menunjukkan dalam Al-Qur’an mengenai pentingnya usaha tersebut:
 “Dan
 barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah 
itu dengan sungguh-sungguh sedang dia adalah mu’min, maka mereka adalah 
orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik” (Surat al-Isra’, 19)
 Ulama Imam Rabbani menjelaskan hal ini sebagai berikut :
 Menginginkan
 sesuatu berarti mencapai hal tersebut,  Memang, Allah yang Maha Kuasa 
tidak membuat hambanya berdo’a untuk sesuatu yang tidak diterima-Nya. 
Hambanya yang beriman tahu bahwa usahanya juga merupakan sebuah do’a 
tidak hanya berdoa pada saat kesulitan tetapi pada setiap saat oleh 
perasaan keberadaan dan ke-Agungan Allah. Mereka memelihara kedekatan 
hubungan  dengan Allah Yang Maha Kuasa di setiap saat hidup mereka.
2012-08-06 10:59:43
                
                
                
                
              





 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Posts
Posts
 
 
 
 
0 comments:
Post a Comment